Senin, 21 Juni 2010

Al-Qur’an Dihati Seorang Muslim

Ada beberapa pertanyaan yang selalu menggelayuti hati ketika melihat kondisi kaum muslimin. Pertanyaan itu sebagai berikut :

Bukankan Allah itu Maha Penyayang dan sangat menyayangi umat beriman ?.
Bukankan Allah itu Maha berkuasa dan mampu menjayakan kaum muslimin ?.
Bukankan Al Qur'an yang kita baca dalam shalat kita adalah sumber kebahagiaan, kejayaan, kemakmuran bagi yang mengamalkannya ?.
Bukankah kaum muslimin itu umat terbaik yang diutus untuk memimpin, bukan dipimpin umat lain, mendidik bukan dididik umat lain ?.

Bukankah umat Islam dijadikan Allah sebagai umat yang satu ?.
Terus kalau kita ingin memproyeksikan hakekat di atas dengan kondisi kaum muslimin pada masa kini, maka hasilnya akan menuntut kita untuk lebih merenung, dimana kejayaan kaum muslimin ?, dimana harga diri kaum muslimin?, bahkan dimana harga darah seorang muslim di mata kaum muslimin sendiri ?, dimana kepemimpinan, kejayaan kaum muslimin diatas kaum yang lainnya ?, dimana solidaritas sesama kaum muslimin dalam skala nasional maupun internasional ?.
Kemudian membaca ayat ini :

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik" ( QS. Al-Hadiid: 16)

Dan merenungi rintihan Rasulullah kepada Robbnya dengan mengatakan :
Berkatalah Rasul: “Wahai Robbku sungguh kaumku telah menjadikan Alquran ini sesuatu yang ditinggalkan”.( QS. Al-Furqaan: 30)
Ditinggalkan karena mereka tak membacanya, atau tidak mau merenungi maknanya atau tidak mau mengamalkan isinya.
Yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan diatas adalah kita bersama merenungi sambutan Rasulullah dan para sahabat terhadap Al Qur'an dan bagaimana kedudukan Al Qur'an dihati mereka.
Bagaimana Al Qur'an dihati Rasulallah dan para sahabat ?

Pertama : para sahabat memandang kebesaran Al Quran dari kebesaran yang menurunkannya, kesempurnaannya dari kesempurnaan yang menurunkannya, mereka memandang bahwa Al Qur'an turun dari Raja, Pemelihara, Sesembahan yang Maha Perkasa, Maha Mengetaui, Maha Kasih Sayang.

Dari pandangan ini mereka menerima Al Qur'an dengan perasaan bahagia campur perasaan hormat, siap melaksanakan perintah dan perasaan cemas dan harapan, serta perasaan kerinduan yang amat dalam, bagaimana tidak ?, karena orang yang membaca Al Qur'an berarti seakan mendapat kehormatan bermunajat dengan Allah, sekaligus seperti seorang prajurit yang menerima perintah dari atasan dan seorang yang mencari pembimbing mendapat pengarahan dari Dzat yang maha mengetahui. Dan perasaan inilah yang digambarkan oleh Allah dalam Firmannya : "Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis" (QS. Maryam: 58)

"Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi"(108) “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'" ( QS. Al-Israa: 109).

Perasaan diatas menyebabkan Umu Aiman menangis ketika teringat akan wafatnya Rasulullah. Suatu saat Abu Bakar dan Umar berkunjung kepada ibu asuh Rasulallah, Ummu Aiman dan ketika mereka duduk, menagislah Ummu Aiman karena teringat wafatnya Rasulallah, maka berkatalah Abu Bakar dan Umar, “Kenapa anda menangis sementara Rasulullah mendapatkan tempat yang mulia?” Ummu Aiman menjawab, "Saya menangis bukan karena meninggalnya beliau melainkan karena terputusnya wahyu Allah yang datang kepada beliau pada pagi dan petang hari", maka saat itu pula meledaklah tangisan mereka bertiga.

Kedua : Rasulullah dan para sahabat memandang Al Qur'an sebagai obat bagi segala penyakit hati dan ketika mereka membaca Al Quran yang berbicara tentang segala kelemahan hati, penyakit hati, mereka tidaklah merasa tersinggung bahkan mereka berusaha mengoreksi hati mereka dan membersihkan segala sifat yang dicela oleh Al Qur'an serta berusaha untuk bertaubat dari apa yang dikatakan buruk oleh Al Qur'an .

Ketiga : Para sahabat memandang bahwa Al Qur'an adalah nasehat dari Dzat yang amat sayang dengan mereka yang sangat perlu didengar, yang berarti bahwa mereka sangat menyadari kalau mereka bisa salah, tapi akan segera kembali kepada kebenaran manakala ada teguran dari Al Qur'an.

Keempat : Para sahabat memandang bahwa seluruh alam semesta dan diri mereka adalah ciptaan Allah dan tidak mungkin membudidayakan alam semesta serta mengatur mereka kecuali Dzat yang menciptakannya, sehingga mereka meyakini bahwa keimananya menuntut untuk menjadikan Al Qur'an sebagai satu kesatuan yang utuh yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya, mereka menjadikan Al Quran sebagai way Of live pedoman hidup mereka dan sangat sensitif terhadap usaha-usaha yang akan memisahkan satu bagian sistim Islam dengan bagian yang lainnya.

Kelima : Para sahabat memandang bahwa Al Qur`an adalah kasih sayang dari Allah, mereka melihat bahwa seluruh isi Al Quran, baik itu aqidah, hukum, perintah, larangan serta beritaberitanya hanyalah untuk kebaikan manusia, maka mereka menerimanya dengan senang hati, adapun yang menolak hukum Islam pada dasarnya adalah lebih memihak kepada para pemeras orang lemah dari pada memihak orang yang diperas, lebih sayang dengan para pembunuh dari pada yang dibunuh atau lebih memihak para penggarong dan pemerkosa dari pada yang di garong dan diperkosa, lebih memihak musuh Allah dari pada memihak Allah, dan secara implisit menuduh Allah keras dan dholim, orang yang semacam ini perlu intropeksi akan hakekat keimanannya.

Keutamaan Al-Qur'an dan Membacanya
Allah Ta'ala telah memberitahukan tentang kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang membaca Al-Qur'an. Dari Ibnu Mas'ud ra berkata: Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah maka dia akan mendapatkan kebaikan dan kebaikan yang akan dia dapatkan akan dilipatgandakan sehingga mencapai sepuluh kali lipat, dan aku tidak mengatakan (alif lam mim) satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf”.

Aisyah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: "Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur'an bersama para Malaikat yang mulia lagi agung, dan orang yang membaca Al-Qur'an dengan cara terbata-bata dan merasa sulit dengannya, maka dia mendapat dua pahala". (HR. Bukhari: 4937 dan Muslim: 798)

Dan pada hari kiamat kelak akan nampak kemuliaan bagi orang yang membaca Al-Qur'an, yaitu Al-Qur'an akan memberikan syafaat bagi orang yang membacanya dan meningkatkan derajat pembacanya di dalam surga seukuran dengan kadar ayat-ayat yang dibacanya.

Dari Abi Umamah ra berkata: Rasulllah saw bersabda: "Bacalah Al-Qur'an karena dia datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi orang yang membacanya.( HR. Muslim: 804)
Dari Abdillah bin Amr ra berkata: Rasulullah saw bersabda: "Dikatakan kepada orang yang selalu membaca Al-Qur'an: Bacalah dan meningkatlah dan bacalah sebagaimana engkau membacanya di dunia, sebab kedudukanmu setingkat dengan akhir ayat yang engkau baca. (HR. Tirmidzi: 2914 dan dia mengatakan: Hadits ini hasan shahih).

Dan yang sangat mengherankan dari keadaan banyak kaum muslimin adalah kelalaian mereka dalam membaca Al-Qur'an atau mentadabburi ayat-ayatnya dan mengamalkannya padahal mereka mengetahui keutamaan dan pahala bagi orang yang membaca Al-Qur'an.
Amirul Mu'minin Utsman bin Affan ra berkata: Seandainya hati kita suci niscaya dia tidak akan pernah kenyang dengan kalam Allah Azza Wa Jalla

Nasehat Dan Fatwa Menuju Hidup Bahagia Ibnu Hajar Al- ‘Asqalani
Keutamaan sabar menghadapi cobaan
Rasullullah SAW bersabda: “Bila datang hari kiamat, dipasanglah mizan (timbangan amal), kemudian didatangkan ahli ibadah shalat dan diberikan padanya pahala timbangan amalnya. Kemudian didatangkan ahli ibadah shaum dan kepadanya diberikan pahala timbangan amalnya. Kemudian didatangkan orang-orang yang sabar menghadapi cobaan (berupa penyakit), namun untuk mereka pahalanya diberikan tanpa dihisab, tanpa mizan dan tanpa buku catatan, sehingga semua orang yang sehat mengharapkan kedudukan sama dengan mereka dalam mencapai pahala.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger