Senin, 21 Juni 2010

Hayat Dan Perjuangan Ustadz Shiddiq Amien

Ya Allah ! Hamba tahu rizqi hamba takkan dapat diambil orang,karenanya hati hamba tenang.

Ya Rahman ! Hamba sadar amal hamba takkan mungkin dikerjakan orang lain, maka hamba sibukkan diri hamba untuk beramal.
Ya Ghaffar ! Hamba yakin Engkau selalu mengawasi diri hamba, kapan dan dimanapun hamba berada, baik ketika hamba sendiri atau bersama yang lain, karenanya hamba malu jika Engkau mendapati hamba sedang bermaksiat.
Ya Rahim ! Hamba paham kematian selalu mengintai hamba, maka hamba persiapkan bekal untuk menghadap-Mu.
Ya Mujibas-Sailin ! Hamba optimis bahwa Engkau Maha Pengabul Do'a, Engkau Maha Pengampun Dosa, maka kabulkanlah do'a hamba, ampunilah segala kesalahan dan dosa hamba, luaskanlah rizqi dan ilmu hamba, kuatkanlah fisik dan mental hamba, dalam menghadapi fitnah dunia, dan anugerahkanlah kepada hamba ketentraman dan kebahagiaan hidup, lahir batin, dunia akhirat. Amien...
(Do'a yang dituliskan Ustadz Shiddiq Amien dalam buku agendanya, dan pernah disebarkan via sms kepada keluarganya menjelang Ramadlan 1430 H)


Sabtu malam, 31 Oktober 2009, jam 22.15 wib, Ustadz Drs. Shiddiq Aminullah, MBA atau akrab dipanggil Ustadz Shiddiq Amien, wafat di RS. Al-Islam, Bandung. Dalam usianya yang ke-54, beliau dipanggil pulang oleh Allah swt dengan meninggalkan istri : Hj. Ai Kurnaesih (52) dan Hj. Elis Yulifah (42), dan 11 orang anak : H. Arief Rahman Hakim, Nunung Sriwahyuni, Mia Nurmilah, Ina Nuraeni, Hilman Rasyid, Iman Holilurohman, Hanifah Ilmiati, Hana, Ilman, Tia, dan Rahma.

Putra ketiga dari pasangan Ustadz Usman Aminullah dan Ibu Hamidah ini meninggal dunia setelah terkena stroke pada tanggal 9 Oktober 2009 dan dirawat dalam keadaan koma setelah 22 hari di RS. Al-Islam. Menurut Asep Abdul Hamid, adik kandung Ustadz Shiddiq, penyakit beliau itu betul-betul mengherankan. Karena menurutnya, dalam lingkungan keluarga besar Ustadz Shiddiq, tidak ada riwayat penyakit darah tinggi. Bahkan tidak lama sebelum Ustadz Shiddiq terserang stroke, menurut Asep, Ustadz Shiddiq masih sempat general check up, dan tidak ditemukan adanya gejala darah tinggi. Maka dari itu Asep mengatakan, bagi keluarga, wafatnya Ustadz Shiddiq ini serasa ditewak ku heulang (disambar elang), karena terasa mengejutkan, walau pada akhirnya semua bisa menerima taqdir dari Allah Swt ini.

Ketika jenazah almarhum disemayamkan di masjid PP. Persis Viaduct jam 00.00, ribuan jama'ah tidak henti-hentinya menshalatkan jenazah Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Islam (Persis) tersebut. Antrian jama'ah yang sangat banyak menyebabkan mereka harus berdesak-desakkan di dua tangga pintu masuk masjid, sampai ketika jenazah sudah diangkat kedalam mobil ambulance sekalipun, tepatnya pada jam 06.55 wib, untuk dibawa ke Tasikmalaya.

Di perjalanan menuju Tasikmalaya, panjang antrian kendaraan terhitung ± 10 km. Ketika mobil ambulance sudah sampai di Malangbong, Garut, antrian kendaraan yang terakhir masih berada di Cicalengka, Nagreg, Kab.Bandung. Ketika jenazah Pemimpin Pesantren Persis Benda, Tasikmalaya, ini sampai di komplek Pesantren pada jam 10.30 wib, isak tangis seluruh jama'ah dan santri Pesantren Persis, Benda, terasa sangat mengharukan. Ribuan jama'ah yang dari sejak pagi berdesak-desakan mengantri untuk bisa menshalatkan almarhum pun mulai bergantian menshalatkan jenazah almarhum sampai masuk waktu Zhuhur.

Selepas shalat zhuhur jenazah kemudian dibawa ke tempat peristirahatan terakhir, tampak dengan jelas di areal sawah puluhan hektar komplek pemakaman tersebut, antrian jama'ah yang berjejal mengantarkan almarhum yang juga Pemimpin Umum Majalah Risalah ini. Tidak ada seorang pun jama'ah waktu itu kecuali mereka iri kepada Ustadz Shiddiq karena dishalatkan dan diantarkan oleh ribuan jama'ah walau sampai harus berdesak-desakan.

Hal itu tidak terlepas dari catatan emas kehidupan Ustadz Shiddiq yang diabdikannya untuk umat melalui dakwah dan pendidikan, khususnya melalui jam'iyyah Persatuan Islam (Persis). Dari sejak menjadi santri, beliau sudah diamanahi Ketua Umum Rijalul Ghad (RG/organisasi santri intra pesantren) Pesantren Persis, Pajagalan, Bandung, pada tahun 1976. Sekembalinya ke Tasikmalaya, beliau diamanahi Sekretaris Pimpinan Cabang Persis Cipedes, Tasikmalaya, pada tahun 1977-1984. Pada tahun 1977 juga, dalam usia yang sangat muda (22 tahun), beliau diamanahi untuk memimpin Pesantren Persis, Benda, Tasimalaya.

Pada tahun 1984-1990, Ustadz Shiddiq menjabat Ketua Pimpinan Daerah Persis Priangan Timur (Tasik dan Ciamis). Pasca Muktamar 1990, beliau diangkat sebagai Ketua Bidang Jam'iyyah PP. Persis yang waktu itu dinahkodai Ustadz A. Latief Muchtar.

Ketika Ustadz A. Latief Muchtar wafat pada tahun 1997, Ustadz Shiddiq diangkat sebagai penggantinya sampai oktober 2009 silam. Dari sejak masuk lingkungan PP. Persis, Ustadz Shiddiq juga diamanahi sebagai Sekretaris Dewan Hisbah PP. Persis sampai beliau diangkat menjadi Ketua Umum PP. Persis tahun 1997.

Sejak tahun 1998, Ustadz Shiddiq diangkat sebagai anggota Dewan Penasihat MUI Pusat. Pada tahun 1999-2004 beliau menjabat anggota MPR RI Fraksi Utusan Golongan. Kemudian pada tahun 2004, atas restu jam'iyyah, beliau maju dalam pencalonan Dewan Perwakilan Daerah/DPD dari daerah Jawa Barat, walau kemudian tidak lolos. Sejak tahun 1997, beliau juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT.Karya Imtaq, Bandung dan Pemimpin Umum Majalah Risalah, Bandung. Pada tahun yang sama beliau juga menjadi Komisaris Utama BPRS Amanah Rabbaniah, Bandung sampai tahun 2000 dan Anggota Dewan Syariah BPRS Al-Wadiah Tasikmalaya tahun 1998-2000. Dan pada tahun 2008, beliau menjadi anggota Dewan Pengawas Syari'ah Bank BTPN.

Aktivitasnya sebagai pengajar terfokus di Pesantren Persis, Benda, Tasikmalaya. Akan tetapi beliau pernah tercatat pula sebagai Dosen STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam) Persis, Bandung pada 1995-1997, Dosen Program Bidan Depkes, Tasikmalaya, pada tahun 1994-1997, dan Dosen AKPER Depkes, Tasikmalaya, pada tahun 1995-1996. Aktivitas sebagai dosen lebih cenderung beliau lepaskan ketika beliau terpilih menjadi Ketua Umum PP. Persis, agar lebih terfokus dalam memimpin Persis.

Satu hal yang tentu tidak disangsikan lagi, dan sekaligus menjadi trade mark Ustadz Shiddiq, tentunya adalah aktivitas da'wahnya. Di semua tempat, apakah itu perkotaan ataukah pedesaan, setiap Ustadz Shiddiq tampil memberikan ceramah, bisa dipastikan mustami' akan datang memenuhi tempat pengajian walau harus sampai berdesak-desakan. Ketika Ustad Shiddiq mengisi pengajian hampir selalu dipastikan tempat pengajian terasa terlalu kecil saking tidak mampunya menampung jama'ah pengajian. Termasuk pada pengajian Ahad ke-1 di masjid PP. Persis, Viaduct, Bandung, sekitar 5000-an jama'ah, dan merupakan yang terbanyak di Bandung, akan memenuhi masjid dan menutup salah satu jalan di Jl.Perintis Kemerdekaan yang kebetulan berdampingan dengan Sungai Cika-Pundung.

Ustadz yang rajin turun ke daerah walau harus ke pelosok sekalipun itu, kini telah wafat. Umat semuanya tentu merasa kehilangan beliau yang selalu bernas dan cerdas dalam menyampaikan ceramahnya. Semoga, kembalinya beliau ke hadirat-Nya bisa segera digantikan oleh tunas-tunas baru yang tentunya lebih segar dan mekar. Allahumma-ghfir lahu wa-rhamhu wa'afihi wa'fu 'anhu wa akrim nuzulahu wa wassi' madkhalahu.

Mengenang Kepergian Ulama Intelektual
Jum'at 9 Oktober 2009, sekitar pukul 19.00, ketika itu saya sedang berada di Denpasar Bali untuk mengikuti Rapat Koordinasi para Staf Ahli Menteri. Malam itu, saya mendapat informasi bahwa Ustadz Shiddiq Amien terserang stroke dalam perjalanan dari Tasikmalaya menuju Bandung dan dirawat di RS. Al-Islam. Saya kaget, karena informasi sebelumnya, Ustadz Shiddiq dalam keadaan sehat wal afiat. Seperti biasanya, pagi hari memberikan ceramah, lalu menjadi khatib jum'at. Ia manjalani tugas rutinnya sebagai da'i.

Tiga minggu telah berlalu, Ustadz Shiddiq masih terbaring dan tidak pernah sadarkan diri. Hingga akhirnya sekitar pukul 22.15 malam ahad, 31 Oktober 2009, Ustadz Shiddiq Amin dipanggil keharibaan-Nya; Inna lil-'Llahi wa inna ilaihi raji'un.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger